Kereta Cepat Jakarta Bandung (WHOOSH)
Kereta Api Cepat di Indonesia
BAHASA INDONESIA
8/17/20245 min read
Kredit Foto: Xinhua News
Kereta Api Cepat di Indonesia
Indonesia mengoperasikan satu layanan kereta api cepat antara dua kota terbesar di negara ini, Jakarta dan Bandung. Layanan ini diberi merek Whoosh (singkatan dari Waktu Hemat, Operasi Optimal, Sistem Hebat) dan dioperasikan oleh Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Whoosh adalah kereta api cepat pertama di Asia Tenggara dan Belahan Bumi Selatan yang mencakup jarak 143 kilometer dengan kecepatan operasi maksimum 350 km/jam, dan kecepatan desain kereta KCIC400AF sebesar 420 km/jam, menjadikannya jaringan kereta api komersial tercepat kedua di dunia. Waktu tempuh antara kedua kota rata-rata 45 menit, turun dari 3 jam dengan jalur kereta api yang ada sebelumnya.
Dengan biaya pembangunan sebesar $7,3 miliar, jalur ini mulai beroperasi uji coba dengan penumpang pada 7 September 2023 dan operasi komersial pada 17 Oktober 2023. Kereta cepat Whoosh telah melayani 3,9 juta penumpang selama 8 bulan operasi komersial. Per Mei 2024, terdapat 48 perjalanan harian Whoosh.
Perusahaan-perusahaan negara Indonesia, termasuk operator kereta api KAI dan perusahaan konstruksi Wijaya Karya, mengendalikan 60 persen saham KCIC, sementara China Railway Engineering Corporation dan perusahaan-perusahaan China lainnya memegang sisa sahamnya.
Kereta Api Cepat di Indonesia
Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung adalah kereta api cepat pertama di Indonesia dan Asia Tenggara. Jalur kereta sepanjang 142 kilometer ini menghubungkan Jakarta, ibu kota negara, dan Bandung, ibu kota Jawa Barat. Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung memiliki empat stasiun: satu di Jakarta Timur (Stasiun Halim), satu di Karawang (Stasiun Karawang), dan dua di Kabupaten Bandung (Stasiun Padalarang dan Stasiun Tegalluar).
Mencapai kecepatan puncak 350 km/jam, Kereta Cepat Jakarta-Bandung telah memenuhi janjinya untuk memangkas waktu perjalanan antara Jakarta dan Bandung dari tiga jam menjadi sekitar 40 menit dan menyelesaikan masalah kemacetan, yang menimbulkan biaya ekonomi hingga miliaran rupiah setiap tahunnya.
Proyek Infrastruktur Termahal BRI
Pada tahun 2015, Tiongkok dan Jepang bersaing untuk mendanai Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Setelah persaingan sengit, pemerintah Indonesia memilih Tiongkok daripada Jepang. Meskipun tawaran Tiongkok memiliki beberapa keunggulan tambahan, seperti transfer teknologi, Jepang kalah dalam penawaran terutama karena kekeraskepalaan mereka untuk mendapatkan jaminan pinjaman dari pemerintah Indonesia, yang berarti Indonesia akan kehilangan beberapa kendali dan fleksibilitas keuangan jika memilih bekerja sama dengan Jepang.
Proyek ini dikembangkan oleh PT Kereta Cepat Indonesia China, sebuah usaha patungan antara konsorsium empat perusahaan milik negara Indonesia dan China Railway International, anak perusahaan China Railway Group, pada Oktober 2015.
Kereta Cepat Jakarta-Bandung ditaksir seharga US$6 miliar, terbagi antara 75% dalam bentuk pinjaman dari Tiongkok dan 25% kontribusi dari pemegang saham Indonesia dan Tiongkok. Pinjaman tersebut akan berlangsung selama 40 tahun, dengan masa tenggang selama sepuluh tahun.
Peningkatan biaya konstruksi dan penundaan akibat pandemi mengharuskan pemerintah Indonesia mengeluarkan tambahan US$1,2 miliar untuk menutupi total biaya akhir sebesar US$7,2 miliar. Hal ini menjadikan kereta api Jakarta-Bandung sebagai proyek infrastruktur BRI termahal, bahkan melebihi Kereta Api Tiongkok-Laos, Kereta Api Addis Ababa-Djibouti, dan Kereta Api Mombasa-Nairobi, yang semuanya dibangun oleh Tiongkok, dengan kisaran harga US$4-6 miliar masing-masing.
Kredit Foto: CNA/Danang Wisanggeni
Kenyamanan dan Mobilitas yang Lebih Besar
Meskipun biaya konstruksinya sangat tinggi, Kereta Cepat Jakarta-Bandung telah membawa sejumlah manfaat bagi Indonesia.
Proyek ini telah menciptakan sekitar 51.000 lapangan kerja, menghasilkan pembelian bahan dan input lokal senilai US$5,1 miliar, dan memberikan pelatihan teknis kepada 45.000 pekerja Indonesia, dengan potensi untuk menghasilkan investasi baru serta pengembangan manufaktur dan komersial di sepanjang rute dan sekitar stasiun-stasiun utama.
Kereta cepat Jakarta-Bandung terparkir di depot stasiun Tegalluar di Bandung, Jawa Barat, pada 17 Januari 2024. (Timur Matahari/AFP)
Kereta Cepat Jakarta-Bandung juga telah mengubah perjalanan antara kedua kota. Hingga 25 Januari, 100 hari setelah beroperasi, kereta api ini telah mengangkut total volume penumpang sebanyak 1,45 juta orang, dengan tingkat okupansi harian puncak mencapai 99,6% dan jumlah penumpang mencapai 21.537 orang. Jumlah kereta api dua arah per hari meningkat dari 14 pada Oktober 2023 menjadi 40 dan 48 pada akhir pekan saat ini, dengan jumlah kumulatif 3.487 kereta.
Terlepas dari dampak numerik agregat ini, Kereta Cepat Jakarta-Bandung telah membuat perbedaan nyata dalam perjalanan dan komuter di lapangan. Semakin banyak orang menggunakan kereta baru ini, semakin banyak mobil yang diambil dari jalan tol yang padat antara Jakarta dan Bandung. Penumpang kereta termasuk pebisnis, keluarga, dan wisatawan.
Seorang wanita yang bekerja di Jakarta dengan anggota keluarga di Bandung telah menggunakan kereta ini hampir setiap akhir pekan. Dia naik kereta di Stasiun Halim di Jakarta dan tiba di Stasiun Padalarang dekat Bandung, kemudian naik sepeda motor sebentar untuk pulang. Perjalanan ini menghemat waktu lebih dari dua jam dibandingkan dengan bus atau kereta lambat. Seorang eksekutif bisnis pria berbasis di Jakarta yang sering melakukan perjalanan ke Bandung naik kereta untuk kenyamanannya dan untuk menghindari kemacetan lalu lintas.
Seperti yang dibayangkan, kereta api baru ini telah merangsang aktivitas komersial restoran cepat saji dan toko serba ada di stasiun-stasiun untuk memenuhi kebutuhan para pelancong.
Kredit Foto: Xinhua News
Masalah Operasional dan Biaya Tinggi
Meskipun telah memenuhi volume penumpang yang diharapkan dan stimulus komersial, kereta api baru ini telah menghadapi sejumlah tantangan, termasuk pemadaman listrik yang melibatkan Perusahaan Listrik Negara Indonesia, kesenjangan penjadwalan dengan kereta pengumpan, pengembalian dana tiket yang belum optimal, dan gangguan sinyal sepanjang rute.
Secara lebih spesifik, kapasitas tempat duduk terbatas kereta pengumpan sebanyak 200 penumpang tidak kompatibel dengan kapasitas Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang mencapai 601 penumpang. Sistem pengembalian dana manual, yang mengharuskan penumpang datang ke stasiun, memperlambat proses dan menyulitkan penumpang. Pengenalan mesin penjual tiket telah meringankan masalah ini.
Potensi dan Prospek
Mengatasi ketidakcocokan dalam penjadwalan dan kapasitas angkut antara Kereta Cepat Jakarta-Bandung dan moda transportasi pengumpan lainnya seperti KRL Jabodetabek, MRT, LRT, dan BRT, memerlukan koordinasi tanggung jawab dan implementasi yang terarah dan efisien di antara berbagai lembaga.
Meskipun masih dalam tahap awal, catatan keberhasilan operasional dan tantangan Kereta Cepat Jakarta-Bandung sejak peluncurannya baru-baru ini meletakkan dasar yang kuat baginya untuk memainkan peran lebih besar dalam menstimulasi pembangunan regional dan nasional yang lebih luas di Indonesia seiring berjalannya waktu.
Sebagai proyek yang inovatif dan transformatif, kereta api ini menjanjikan kerja sama ekonomi yang lebih kuat dan luas antara China dan Indonesia. Pemerintah kini ingin memperpanjang Whoosh ke kota terbesar kedua di Indonesia, Surabaya, dan melanjutkan kerja sama dengan China, yang tidak akan memerlukan tender untuk melanjutkan teknologi rel yang sama seperti pada jalur Jakarta-Bandung.
Kredit Foto: skyscrapercity.com
"Pak Jokowi ingin kereta api dilanjutkan dari Jakarta ke Surabaya," kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan dalam unggahan Instagram pada 28 Oktober, merujuk pada Presiden Indonesia Joko Widodo dengan nama panggilannya.
"Saya dengar perjanjian dengan Tiongkok telah dilaksanakan. Bahkan, suku bunganya lebih murah daripada yang ditawarkan negara-negara lain," ujarnya tanpa mengungkapkan detail.
Rute Jakarta-Surabaya, yang membentang sepanjang 780 km, akan memangkas waktu perjalanan dari 10 jam dengan mobil dan kereta reguler menjadi hanya 3,5 jam. Ini masih lebih lama dibandingkan penerbangan 1,5 jam antara dua kota terbesar di negara ini, tetapi lebih mungkin untuk merangsang pariwisata dan pertumbuhan ekonomi di wilayah pesisir selatan Jawa.
Singkatnya, Kereta Cepat Jakarta-Bandung siap memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang signifikan bagi wilayah tersebut sambil menetapkan standar baru untuk transportasi dan konektivitas.